Penemuan Elektron dan Teori Atom Thomson


Penemuan Elektron dan Teori Atom Thomson
a.    Penemuan Elektron
Electron ditemukan oleh Joseph Jhon Thomson pada tahun 1900. Penemuan electron berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung hampa. Anda tentu telah mengetahui bahwa gas pada tekanan normal bukanlah penghantar listrik. Itulah sebabnya kita tidak terkena serangan listrik ketika melintas dibawah kabel listrik tegangan tinggi. Namun, pada tahun 1821, Sir humphty Davy, seorang ahli fisika dari inggris, menemukan bahwa gas menjadi penghantar yang lebih baik pada tekanan rendah. Sejak saat itu, banyak percobaan dilakukan dengan tabung hampa yang disebut tabung pengawanmuatan (discharge tube), terutama oleh William Crookes.

Tekanan gas dalam tabung dapat diatur melalui pompa isap (pompa vakum). Pada tekanan yang cukup rendah dan tegangan yang cukup tinggi (beberapa ribu volt), gas dalam tabung akan berpijar dengan cahaya yang warnanya bergantung pada jenis gas (neon berwarna merah, sedangkan natrium berwarna kuning). Jika tekanan gas dikurangi, maka daerah didepan katode akan menjadi gelap, tetapi bagian tabung didepan katode berputar dengan warna kehijauan. Melalui percobaan dapat ditunjukkan bahwa perpendaran itu diseababkan oleh suatu radiasi yang memancar dari permukaan katode menuju anode. Oleh karena berasal dari katode, maka radiasi ini disebut sinar katode. Percobaan lebih lanjut menunjukkan bahwa sinar katode merupakan radiasi partikel yang bermuatan listrik negatif.

Hakikat sinar katode menjadi jelas setelah percobaan yang dilakukan J.J Thomson pada tahun 1897. Berdasarkan besarnya simpangan sinar katode dalam medan listrik, Thomson dapat menentukan nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katode sebesar 1,76 x 108 C g-1 .
e/m = 1,76 x 10 8 C g-1

                Selanjutnya, Thomson menemukan bahwa partikel sinar katode, yang kemudian dinamakan electron, tidak bergantung pada jenis electrode maupun jenis gas dalam tabung. Berdasarkan hal itu, Thomson menyimpulkan bahwa electron merupakan partikel dasar penyusun atom

b.      Percobaan Teks Minyak Millikan
Setelah harga e/m untuk electron diketahui melalui percobaan yang dilakukan oleh Thomson, selanjutnya diperlukan percobaan lain untuk menentukan nilai e atau m. Jika salah satu nilai besaran itu dapat diketahui, maka nilai yang satu lagi dapat ditentukan. Pada tahun 1909, Robert Andrews Millikan dari Universitas Chicago, dapat memecahkan dilemma tersebut melalui percobaan yang dikenal dengan percobaan tetes minyak. Melalui percobaan ini, Millikan dapat menentukan muatan elektron.
Dalam percobaan, 
Millikan menggunakan alat berbentuk silinder, seperti gambar, komponen utama alat itu terdiri atas :
1.      Dua pelat logam yang menyekat silinder menjadi 2 bagian, bagian atas dan bawah. Pelat bagian atas diberi beda potensial. Pelat atas sebagian kutub positif, sedangkan pelat bawah sebagai kutub negatif.
2.      Alat penyemprot (atomizer) untuk menyemprotkan minyak,
3.      Teropong untuk mengamati gerak tetes minyak, dan
4.      Sumber radiasi (sinar X) untuk mengionkan gas di dalam silinder.


Percobaan tetes minyak dilakukan sebagai berikut.
1.      Dengan menggunakan alat penyemprot, minyak disemprotkan sehingga membentuk tetesan-tetesan kecil. Sebagian tetes minyak akan melewati lubang pada pelat atas dan jatuh karena tarikan gravitasi.
2.      Dengan menggunakan teropong, diameter tetes minyak dapat ditentukan, sehingga massa tetes minyak dapat diketahui.
3.      Radiasi sinar X akan mengionkan gas di dalam silinder. Ionisasi akan menghasilkan elektron. Elektron tersebut akan melekat pada tetes minyak, sehingga tetes-tetes minyak menjadi bermuatan listrik negative. Ada yang menyerap satu, dua, atau lebih elektron. Jika pelat logam tidak diberi beda potensial, tetes-tetes minyak tetap jatuh karena pengaruh gravitasi.
4.      Jika pelat logam diberi beda potensial dengan pelat bawah sebagai kutub negative, maka tetes minyak yang bermuatan negatif akan mengalami gaya tolak listrik. Sesuai dengan hukum Coulomb, tetes minyak yang lebih banyak elektron akan bertolak lebih kuat. Pergerakan tetes minyak dapat diamati menggunakan teropong. Dengan mengatur beda potensial, tetes minyak dibuat mengambang. Dalam keadaan sperti itu berarti gaya Tarik gravitasi sama dengan gaya tolak listrik.
5.      Dengan mengetahui massa tetes minyak dan beda potensial yang digunakan, maka muatan tetes minyak dapat ditentukan.

Melalui percobaan tersebut, Millikan menemukan bahwa muatan tetes-tetes minyak selalu merupakan kelipatan bulat dari suatu muatan tertentu, yaitu 1,602 Coulomb. Millikan menyimpulkan bahwa muatan tersebut adalah muatan dari satu elektron. Perbedaan muatan antartetesan terjadi karena satu tetesan dapat mengikat 1,2,3 atau lebih elektron.

e = 1,602 x 10-19 Coulomb

dengan telah diketahuinya muatan elektron, maka massanya dapat dihitung sebagai berikut.
Thomson         : e/m    = 1,76 x 108 C gram-1
Millikan           : e        = 1,602 x 10-19 C
Maka massa elektron, m = 9,11 x 10-28 gram

c.       Teori Atom Thomson
Setelah penemuan elektron, maka teori Dalton yang mengatakan bahwa atom adalah pertikel yang tak terbagi, tidak dapat diterima lagi. Pada tahun 1900, J.J Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis. Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti kismis. Secara keseluruhan, atom bersifat netral. Model atom Thomson dapat dilihat digambar


Post a Comment

Previous Post Next Post